Purple Moustache Lifeless Wings

Rabu, 09 Oktober 2013

Diary 1 - Cloud

Pernahkah kamu memahami,bahwa segala sesuatu di sekelilingmu berbeda. Terkadang,kamu memiliki banyak kekurangan--terlalu banyak sampai kamu lelah untuk menghitungnya.
Kenapa,kenapa,kenapa
Mereka bisa melakukan segala sesuatunya dengan baik,sedangkan saya tidak?
Percayalah pada buku harian ini,karena saya sendiri sudah pernah mengalaminya
Di saat kamu tidak becus dalam melakukan segala sesuatu,orang lain tentu akan menertawakanmu,walaupun tidak semua orang. Tetapi,bagaimana dengan sahabat-sahabatmu? Mereka akan tetap tersenyum dan memberikanmu semangat,tapi bagaimana saat kau tidak ada? Apakah mereka juga menertawakanmu seperti yang lainya?
Jika memiliki dua pilihan antara ya dan tidak,saya akan memilih jawaban "Ya". Bagaimanapun,mereka juga manusia. Dan itu bukan salah mereka,terkadang saya pun juga sering menertawakan mereka.
Tapi percayalah,walaupun kamu memiliki banyak kekurangan yang tidak mereka miliki,kamu juga memiliki kelebihan yang tidak mereka miliki. Bahkan terkadang,lebih banyak dari segala kekurangan itu. 
Karena,kita dilahirkan berbeda,dan kamu TIDAK AKAN pernah bisa menjadi sama dengan mereka. Pahamilah,jadikan dirimu sendiri sebagai sahabat terlebih dahulu,maka kamu akan lebih memahami para sahabatmu dan menyadari apa arti SAHABAT dan TALENTA yang sesungguhnya. 

Rabu,9 Oktober 2013. Ditulis saat galau memuncak dan bingung besok ulangan biologi atau tidak. 
END~


Senin, 17 September 2012

Cerpen I

Fantasi
“Fantasi memiliki arti yang dalam,makna lain dari imajinasi”

                          





Eli hanya terdiam,ia bergerak---berputar dengan lambat seperti sedang mengarungi sebuah dimensi waktu. Berlawanan dengan putaran arah jarum jam. Berputar,menuju sebuah jurang kematian.
“Eli? Eli!”,suara Lis  membangunkan lamunan Eli.
“Eh,iya? Apa?”
“Komedi putarnya sudah berhenti. Ayo kita turun”,ujar Lis seraya menggandeng tangan  Eli. Kedua gadis itu melangkah maju menuju pintu keluar,dan mereka melewati beberapa orang yang sedang sibuk melihat denah taman bermain. Pada saat itu matahari senja terlihat sangat indah,bersatu dengan suasana ramai yang terkesan tiada.
Sebulan yang lalu,Ibu Eli meninggal. Eli sempat mengalami shock,dan tidak masuk sekolah selama hampir 2 minggu. Lis sengaja mengajak Eli ke taman bermain ini untuk menghibur hatinya. Tapi sepertinya tidak berjalan baik. Suasana hati Eli bahkan makin memburuk setelah menaiki komedi putar tadi.
“Ayolah,Li. Senyum dong”,ujar Lis berusaha menghibur. Eli hanya menggelengkan kepala. Lis akhirnya hanya menghembuskan nafas. Ia benar-benar mengerti kondisi sahabatnya itu. Kehilangan sosok seorang ibu di usia SMA bukanlah hal yang baik.
“Ehm,hampir jam enam nih,sebentar lagi taman bermain tutup. Kita naik bianglala yuk? Habis itu kita pulang”,kata Lis sambil menunjuk sebuah roda raksasa yang saat ini ada di hadapan mereka.
“Iya deh”,Eli mengangguk setuju. Soal kematian ibunya,Eli sudah berusaha menerima semuanya. Tapi entah kenapa,setiap kali sosok wanita itu terbayang jelas,Eli jadi merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakanya selama ini. Sedih,takut,kecewa,marah... Eli memang masih berada di dunia ini,tapi hatinya seperti pergi entah kemana. Sebenarnya ia ingin sekali pergi,ke dunia yang tidak nyata sekalipun,agar bisa bertemu ibunya.
Kedua remaja itu mengantri selama beberapa menit,dan tibalah giliran mereka. Selama menaiki wahana itu,Lis banyak menceritakan cerita-cerita humor. Memang tidak lucu,tapi Eli berusaha tertawa agar tidak menyakiti perasaan sahabatnya itu.
Wahana itu berputar semakin cepat,seolah-olah ingin memutar roda takdir Eli,sehingga semua hal akan terjadi dengan cepat. Setelah beberapa saat,bianglala itu lalu mulai berhenti perlahan-lahan.
Pada saat ingin keluar,Eli tak sengaja menabrak seorang gadis kecil. Usianya sekitar tujuh tahun,rambutnya yang hitam panjang digerai,dan ia memakai pita merah yang serasi dengan baju dan sepatu yang dipakainya.
Saat gadis kecil itu menatap Eli,waktu serasa berhenti. Wajah gadis itu sangat tidak asing bagi Eli. Di saat Eli ingin ingin meminta maaf,gadis itu tiba-tiba tersenyum,menunjukan kesan aneh dengan warna matanya yang kelabu. Hal itu mengingatkan Eli pada sosok dirinya saat berumur tujuh tahun...
***
Sinar matahari pagi masuk melalui sela-sela jendela kamar Eli yang ada dilantai dua. Tissue yang sudah dipakai bertebaran ke seluruh lantai. Semalam Eli teringat akan Ibunya,dan itu membuat ia menangis hampir semalaman. Tapi saat ini,ia jauh merasa lebih baik. Eli lalu  menatap kalender dan jam digital yang ada di meja belajarnya. Hari Minggu,pukul tujuh pagi. Dan ada catatan pesan yang tertulis di papan. “BUAT ELI. AYAH PERGI KE BANDUNG,ADA RAPAT MENDADAK. PULANG MALAM. SARAPAN ADA DI MEJA,SIANG SAMA SORE MAKAN DI LUAR YA”
Eli hanya mendesah. Ia sudah terbiasa mendapat catatan pesan seperti ini. Eli kembali berbaring di tempat tidur,dan memikirkan apa saja yang akan dilakukanya hari ini. Lalu tiba-tiba,ia teringat pada gadis kecil yang ditemuinya kemarin. Siapa gadis itu? Kenapa sangat terasa tidak asing bagi Eli?
Eli berusaha untuk tidak memikirkanya,tapi wajah gadis itu terus terbayang di kepala Eli. Rasanya,ada yang ia ketahui tentang gadis itu. Tapi apa?
Sesaat kemudian, Eli membuka jendela kamarnya untuk menghirup udara luar dan saat itu juga ia terlonjak kaget. Gadis kecil yang ditemuinya kemarin,kini berada di trotoar,membawa payung merah dan ia sedang  menatap Eli. Benar-benar menatap. Suasana hening sejenak,sampai Eli mengatakan sesuatu.
“Halo,kita bertemu di taman bermain kemarin”
Gadis kecil itu tidak menjawab. Hanya terdiam.
“Ehm,siapa namamu? Rumahmu ada di dekat sini?’’,Eli melanjutkan. Ia berusaha memecahkan keheningan yang terjadi saat ini.
Gadis itu akhirnya melipat payung nya,dan menunjuk sebuah rumah besar yang ada di hadapanya. Itu rumah Eli.
Eli sempat merasa bingung. Wajah gadis kecil itu benar-benar tidak asing. Dan ia menganggap rumah Eli sebagai rumahnya. Semua keanehan ini belum terjawab,dan terdengar suara pintu terbuka. Eli menengok ke arah pintu,tapi saat Eli kembali melihat ke arah luar,sosok gadis kecil tadi sudah tidak ada.
Lis muncul dari balik pintu rumah Eli. “Li,pintu rumahmu nggak dikunci. Aku panggil juga nggak ada jawaban. Jadi aku langsung masuk. Aneh,dari tadi kamu berdiri di sini?”
“Iya. Dari tadi aku berdiri di sini bersama seorang gadis kecil...”
“Tadi aku nggak liat siapa-siapa”,ujar Lis memotong ucapan Eli.
Eli hanya memandang Lis dengan heran. Ia lalu berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. “Masuk dulu aja yuk. Ada perlu apa?”
“Aku mau pinjam buku cerita sastra lama,kamu punya kan?”,pinta Lis.
“Punya sih,ada di dalam gudang. Temani aku ambil yuk”.
Kedua gadis itu menuruni tangga menuju gudang. Terdapat banyak dus-dus besar yang dilapisi debu di sana. “Lis,coba  kamu ambil dus yang di sana. Kayaknya sih di situ”,Eli menunjuk sebuah dus besar yang sisi-sisinya sudah mulai robek.
Lis membawa dus itu ke arah Eli,kemudian membukanya. Eli mengacak-acak dus tersebut,dan ia tersenyum setelah menemukan buku berwarna merah. “Ini bukunya. Coba kamu lihat isinya”
 Lis setelah melihat isi buku itu.
“Kayaknya bukan deh. Ini isinya foto semua,coba lihat deh”
“Album foto?”,Eli mengambil buku itu dan melihat isinya. Di halaman pertama terdapat dua buah foto yang warnanya kusam. Foto pertama,adalah foto Eli saat masuk SD. Dan Eli terlonjak kaget saat melihat foto kedua. Itu foto gadis kecil misterius yang ditemui Eli di taman bermain. Foto itu berwarna hitam putih dan sedikit sobek,tapi Eli masih dapat melihatnya. Dalam foto,gadis itu tertawa riang dan di belakangnya terdapat sebuah bianglala. Akhirnya Eli ingat,itu foto ibunya saat masih kecil.
“Mustahil...”,ujar Eli sambil terus menatap foto itu.
Eli tidak tau kenapa,tapi ia merasa akan menemukan sosok gadis kecil itu lagi di taman bermain. Ia lalu mengajak Lis pergi ke sana tanpa menceritakan apapun padanya. Lis sudah bertanya beberapa kali,tapi Eli hanya menjawab “Nanti aku akan cerita”.
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh pagi saat Eli sampai di sana. Ia segera berlari menuju bianglala,dan hampir saja ia menabrak seorang pedagang mainan. Lis kewalahan mengikuti Eli dari belakang.
Sesuai dengan  perasaan Eli,saat sampai di tempat pengantrian bianglala,Eli melihat sosok gadis itu. Gadis itu berada jauh di depan Eli,di antara kerumunan orang-orang yang sedang mengantri.
“Tunggu!”,Eli berteriak saat gadis kecil itu mulai menaiki sebuah gerbong bianglala. Eli lalu memotong antrian,dan segera masuk ke sebuah gerbong yang dimasuki gadis kecil itu. Kerumunan orang-orang sempat berteriak ke arah Eli karena ia memotong antrian,tapi Eli tidak mempedulikanya. Wahana mulai berputar,dan Eli mulai tersadar bahwa ia menaiki gerbong yang salah. Saat gerbong Eli berada di puncak,wahana itu berhenti. Dari sana,Eli seakan-akan dapat melihat seluruh dunia,dan ia merasa dapat bertemu dengan ibunya kembali. Eli menemukan gadis kecil itu di bawah.,di tengah kerumunan orang.
Eli membuka pintu gerbong untuk menghampiri gadis itu,tubuhnya seperti bergerak sendiri. Ia melangkah keluar dan sinar matahari terasa menusuk matanya. Eli sempat merasakan udara bebas berhembus ke kulitnya,dan ia mendengar orang-orang di bawah berteriak. Kemudian semuanya menjadi gelap,dan Eli tidak bernafas lagi.
***
Eli membuka matanya,ia seperti terbangun dari sebuah mimpi yang sangat panjang. Kemudian ia melihat sosok ibunya sedang menyiapkan sarapan.
“Loh,kok belum pakai seragam? Cepat ganti,nanti terlambat ke sekolah”,ujar Ibu Eli.
“Wah! Sudah jam tuju
h!”,Eli berteriak. Ia lalu memakai seragam,dan menuju ke arah cermin untuk menata rambutnya. Tapi sosok Eli tidak terpantul di cermin.
“Sedang apa? Ayo cepat”,Ibu Eli mengampiri. Sosok Ibunya juga tidak terpantul di cermin.
Saat itu pula Eli menyadari,tubuhnya sedingin es.
Mungkinkah ini kenyataan? Mimpi saat tidur? Atau...hanya sebuah Fantasi?
Dan sesaat kemudian,semuanya menjadi jelas.
TAMAT